Langkahnya pelan
kaki
telanjang, menyusuri butir-butir pasir
Ombak
menyapu pinggiran telapak
Kepiting
malang mati terinjak
Angin tiba
dari samudera, berbisik-bisik sinis penuh tega mendongeng masa lalu seorang
gadis,
“Gaun
merah, janji-janji, lalu pergi. Tidak kah sia-sia kau menunggu derita?” racau
angin, kesal.
Merah
darah helai sutra menutupi sekat-sekat si gadis
Pucat
juga kuyu
Tertimpa
uap rontok
Hampir
lewat empat puluh musim yang sama
Dan
semesta beku pun bergerak, mengembang
Dia tetap
di sana
2017
Posting Komentar
Posting Komentar