Aku menunggu puisimu
Yang engkau kubur ragu-ragu
Sampaikanlah...
Walau hanya bait-bait simpati nan iba
Dan afeksi membelenggu jiwa raga
Aku menunggu puisimu
Di antara bola mata yang malu-malu
Tak usah kau sembunyikan lagi ratap luka
Kan kusambut santapan metafora
Sampaikanlah...
Biar dahagaku lenyap ditelan sukma
Biar asaku lekas tak berbekas
Antara senja dan fajar
Waktu berhenti sebentar
Sebelum kubisa menemukan puisimu
Yang terus saja engkau simpan
Sampai datang kematian
Teriakanlah...
Diksi-diksi pedih itu
Habisi dendam yang tidak kunjung redam
Ah, tidak perlu risau
Semua nanti termaafkan
Juga abadi dalam sepenggal kata-kata
2019
Posting Komentar
Posting Komentar